Kamis, 23 Februari 2017
SEJARAH FARMAKOGNOSI
Penamaan ‘Pharmacognosy’ digunakan pertama dan terutama oleh CA Seydler, mahasiswa kedokteran di Halle / Saale, Jerman, yang dengan sungguh-sungguh mengerjakan Analetica Pharmacognostica sebagai judul utama tesisnya pada tahun 1815. Selain itu, penelitian lebih lanjut telah mengungkapkan bahwa Schmidt telah menggunakan istilah ‘Pharmacognosis’ dalam sebuah buku monografi berjudul Lehrbuch der Materia Media (yaitu, Lecture Notes on Medical Matter) sebelum 1811, di Wina. Kompilasi ini secara eksklusif berhubungan dengan tanaman obat dan karakteristik yang sesuai.
Dari penelitian tersebut, kemudian berkembang orang Mesir kuno, Cina, India, Yunani, dan Roma menggunakan Kamper yang diketahui memiliki manfaat yang sangat besar dalam pengobatan dan penyembuhan berbagai penyakit, misalnya: secara internal sebagai stimulans dan karminatif; secara eksternal yakni sebagai antipruritic, counterirritant dan antiseptic.
Awalnya kamper diperoleh dengan hanya pendinginan minyak volatile dari sasafras, rosemery, lavender, sage, sedangkan orang-orang Yunani dan Romawi kuno memperolehnya dari produk dalam pembuatan anggur. Saat ini, kamper diperoleh pada skala besar secara sintetik (campuran rasemik) dari α-pinene yang terdapat dalam minyak terpentin.
Orang asli Afrika telah menggunakan ekstrak tumbuh-tumbuhan dalam upacara-upacara ritual mereka dimana subjek akan kehilangan gerakan tubuh yang lengkap tetapi mental harus tetap waspada selama 2 atau 3 hari. Kemudian, peradaban sebelumnya juga menemukan sejumlah minuman fermentasi karbohidrat yang berasal dari tumbuhan kaya zat yang mengandung alkohol dan cuka. Dengan berlalunya waktu mereka juga secara eksklusif produk-produk tumbuhan tertentu digunakan untuk meracuni tombak dan panah mereka dalam memangsa dan membunuh musuh-musuh. Menariknya, mereka menemukan bahwa beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan memiliki properti unik untuk menjaga kesegaran dan juga untuk masker dengan rasa dan aroma yang tidak menyenangkan.
Banyak kemajuan yang telah didapat di abad 19 ketika ahli-ahli kimia secara serius mengambil tantangan untuk mensintesis sejumlah besar senyawa organik dasar atau ‘prototype active biology’. Beberapa secara murni ‘disintesis senyawa’ pada dasarnya memiliki struktur kompleksitas yang terus meningkat dan kemudian, setelah evaluasi secara sistematis pada farmakologis dan mikrobiologi terbukti menghasilkan efek yang sangat baik dan berguna secara terapeutik. Jelas, bahwa kebanyakan dari ‘tailor-made’ senyawa yang telah ditandai dan dinyatakan memiliki indeks terapeutik ditemukan berada di luar dunia ‘pharmacognosy’ atau lebih secara khusus ‘phytochemistry’ yang sama sekali baru dengan muncul ‘jamu kimia’. Namun, disiplin khusus ini hampir terbengkalai sejak era parcelsus. Tetapi sekarang, ‘jamu kimia’ telah diakui layak dan mendapat pengakuan yang luas di seluruh dunia karena manfaat dan keuntungannya.
CARA PEMBUATAN SIMPLISIA
1.
PENGUMPULAN BAHAN BAKU
Kadar
senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
·
Bagian
tanaman yang digunakan.
·
Umur
tanaman yang digunakan.
·
Waktu
panen.
·
Lingkungan
tempat tumbuh.
Waktu panen
sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian
tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman
tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.
2. SORTASI
BASAH
Sortasi
basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya
dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu
tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun,
akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung
bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan
simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal.
3. PENCUCIAN
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah
dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan
dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan
simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian
agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978),
pencucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba
awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang
tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat
membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan
biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat
mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang
digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan
simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut
dapat menipercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air
adalah Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter
dan Escherishia. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan
pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian
besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan
yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara
pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.
4.
PERAJANGAN
Beberapa
jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan
simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan
penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur
dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau,
dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan
dengan ukuran yang dikehendaki.
Semakin
tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga
mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat
menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap.
Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu
bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis
lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya
kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak
bertambah. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan
akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar
matahari selama satu hari.
5.
PENGERINGAN
Tujuan
pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga
dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan
simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam
sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan
selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada
tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak
itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme,
yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini
hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan
dikeringkan, terhadap bahan simplisia tersebut lebih dahulu dilakukan proses
stabilisasi yaitu proses untuk menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim
dilakukan pada saat itu, merendam bahan simplisia dengan etanol 70% atau dengan
mengaliri uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi
enzimatik tidak berlangsung bila kadar air dalam simplisia kurang dari 10%.
Pengeringan
simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu
alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan
adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu pengeringan dan
luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan
menggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia,
faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang
tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah
dapat mengakibatkan terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar bahan sudah
kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh
irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu
tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan
bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut,
sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya.
“Face hardening” dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn
bahan yang dikeringkan.
Suhu
pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan
simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik
adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang
tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah
mungkin, misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu
dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan,
sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga tergantung pada bahan
simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan. Kelembaban akan
menurun selama berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai cara pengeringan
telah dikenal dan digunakan orang.
Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan
yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan.
·
Pengeringan
Alamiah.
Tergantung
dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat
dilakukan dua cara pengeringan :
-
Dengan
panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan bagian
tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya, dan
rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar
matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang mudah
dan murah, yang dilakukan dengan cara membiarkan bagian yang telah
dipotong-potong di udara terbuka di atas tampah-tampah tanpa kondisi yang
terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan
pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya
baik dilakukan di daerah yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta
tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktu pengeringan
sehingga memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk tumbuh
sebelum simplisia tersebut kering. F’IDC (Food Technology Development Center
IPB) telah merancang dan membuat suatu alat pengering dengan menggunakan sinar
matahari, sinar matahari tersebut ditampung pada permukaan yang gelap dengan
sudut kemiringan tertentu. Panas ini kemudian dialirkan keatas rak-rak
pengering yang diberi atap tembus cahaya di atasnya sehingga rnencegah bahan
menjadi basah jika tiba-tiba turun hujan. Alat ini telah digunakan untuk
mengeringkan singkong yang telah dirajang dengan demikian dapat pula digunakan
untuk mengeringkan simplisia.
-
Dengan
diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini
terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga,
daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap.
·
Pengeringan
Buatan
Kerugian yang mungkin terjadi jika
melakukan pengeringan dengan sinar matahari dapat diatasi jika melakukan
pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat atau mesin pengering
yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip
pengeringan buatan adalah sebagai berikut: “udara dipanaskan oleh suatu sumber
panas seperti lampu, kompor, mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan
dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan
dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering”. Dengan prinsip
ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang sederhana, praktis dan murah dengan
hasil yang cukup baik.
Dengan menggunakan pengeringan buatan
dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan
lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh
keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3
hari untuk penjemuran dengan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia kering
dengan kadar air 10% sampai 12%, dengan menggunakan suatu alat pengering dapat
diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam.
Daya tahan suatu simplisia selama
penyimpanan sangat tergantung pada jenis simplisia, kadar airnya dan cara
penyimpanannya. Beberapa simplisia yang dapat tahan lama dalam penyimpanan jika
kadar airnya diturunkan 4 sampai 8%, sedangkan simplisia lainnya rnungkin masih
dapat tahan selama penyimpanan dengan kadar air 10 sampai 12%.
6. SORTASI
KERING
Sortasi
setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman
yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan
tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia
dibungkus untuk kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi
disini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk
rimpang sering jurnlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus
dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda
tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.
Pengawetan
Simplisia
nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau cemaran atau
mikroba dengan penambahan kloroform, CCl4, eter atau pemberian bahan atau
penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan
kesehatan.
Wadah
Wadah adalah
tempat penyimpanan artikel dan dapat berhubungan langsung atau tidak langsung
dengan artikel. Wadah langsung (wadah primer) adalah wadah yang langsung
berhubungan dengan artikel sepanjang waktu. Sedangkan wadah yang tidak
bersentuhan langsung dengan artikel disebut wadah sekunder.
Wadah dan
sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan didalamnya baik secara
fisika maupun kimia, yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau
kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan resmi.
Wadah
tertutup baik: harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan mencegah
kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi.
Suhu
Penyimpanan
Dingin : suhu tidak lebih dari 80C, Lemari
pendingin mempunyai suhu antara 20C– 80C, sedangkan lemari pembeku mempunyai
suhu antara -200C dan -100C.
Sejuk : suhu antara 80C dan 150C. Kecuali
dinyatakan lain, bahan yang harus di simpan pada suhu sejuk dapat disimpan pada
lemari pendingin.
Suhu kamar :
suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang di atur antara
150C dan 300C.
Hangat : hangat adalah suhu antara 300C dan 400C.
Panas
berlebih : panas berlebih adalah suhu di atas 400C.
Tanda dan
Penyimpanan
Semua
simplisia yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda palang medali berwarna
merah di atas putih dan harus disimpan dalam lemari terkunci. Semua simplisia
yang termasuk daftar obat keras kecuali yang termasuk daftar narkotika, diberi
tanda tengkorak dan harus disimpan dalam lemari terkunci.
Kemurnian
Simplisia
Persyaratan
simplisia nabati dan simplisia hewani diberlakukan ada simplisia yang
diperdagangkan, tetapi pada simplisia yang digunakan untuk suatu pembuatan atau
isolasi minyak atsiri, alkaloida, glikosida, atau zat aktif lain, tidak harus
memenuhi persyaratan tersebut.
Persyaratan
yang membedakan strukrur mikroskopik serbuk yang berasal dari simplisia nabati
atau simplisia hewani dapat tercakup dalam masing–masing monografi, sebagai
petunjuk identitas, mutu atau kemurniannya.
ISTILAH DI FARMAKOGNOSI
Simplisia :
adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan.
Simplisia
nabati : adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman.
Eksudat
tanaman : Adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel
dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang
dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia
murni.
Simplisia
hewani : adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat
yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
Simplisia
mineral : adalah simplisia yang berupa mineral (pelikan) yang belum diolah atau
dioleh dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Alkaloida :
adalah suatu basa organik yang mengandung unsur Nitrogen (N) pada umumnya
berasal dari tanaman , yang mempunyai efek fisiologis kuat/keras terhadap
manusia.
Glikosida :
adalah suatu zat yang oleh enzim tertentu akan terurai menjadi satu macam gula
serta satu atau lebih bukan zat gula. Contohnya amigdalin, oleh enzim emulsin
akan terurai menjadi glukosa + benzaldehida + asam sianida.
Enzim :
Adalah suatu biokatalisator yaitu senyawa atau zat yang berfungsi mempercepat
reaksi biokimia / metabolisme dalam tubuh organisme.
Vitamin :
adalah suatu zat yang dalam jumlah sedikit sekali diperlukan oleh tubuh manusia
untuk membentuk metabolisme tubuh. Tubuh manusia sendiri tidak dapat
memproduksi vitamin.
Hormon :
adalah suatu zat yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin yang mampengaruhi
faal, tubuh dan mempengaruhi besar bentuk tubuh.
ISTILAH PENYAKIT DI FARMAKOGNOSI
1. Amara : Menambah
nafsu makan / pahitan
2. Anhidrotika
:Mengurangi keluarnya keringat
3. Stomakika
: Memacu enzim – enzim pencernaan
4. Analgetika
: Mengurangi rasa nyeri
5. Antelmintika
: Membasmi cacing dari dalam tubuh manusia
6. Anti
fungi : Membasmi jamur, terutama jamur pada kulit, misalnya panu
7. Anti
hipertensi : Menurunkan tekanan darah.
8. Anti
piretika : Menurunkan suhu badan
9. Anti
emetika : Mencegah atau menghilangkan mual atau muntah
10. Anti
diare : Menghentikan buang air besar , mencret atau murus
11. Anti
neuralgia : Menghilangkan rasa sakit / nyeri di kepala
12. Anti reumatika : Menghilangkan rasa sakit pada encok / rematik
13. Anti spasmodika : Pereda / pelawan keadaan
kejang pada tubuh (pereda kejang)
14. Anti
septika : Membasmi kuman ( desinfektika
)
15. Antidotum
: Penawar racun
16. Antitusif
: Pereda batuk
17. Ekspetoransia
: Mengurangi batuk berdahak
18. Anti
diabetika: Untuk mengobati kencing manis
19. Anti
hemoroida : Untuk mengobati wasir
20. Anti iritansia
: Mencegah perangsangan pada kulit dan selaput lendir
21. Astringensia
: Menciutkan selaput lendir atau pori /
pengelat
22. Cardiaka
: Untuk jantung
23. Cardiotonika
: Untuk penguat kerja jantung
24. Cholagoga
: Membantu fungsi dari empedu
25. Dismenorrhoe
: Untuk mengobati nyeri haid
26. Diaforetika
/ Sudorifika : Memperbanyak keluarnya keringat
/ peluruh keri ngat
27. Digestiva : Merangsang pencernaan makanan
28. Diuretika : Melancarkan keluarnya air seni
/ peluruh air seni
29. Dilatator
: Melebarkan pembuluh darah
30. Depuratif
: Pembersih darah
31. Emenagoga
: Memperbanyak keluarnya haid / peluruh haid
32. Emetika
:Menyebabkan muntah
33. Gonorrhoe
; Kencing nanah
34. Hair
tonic : Menguatkan atau menyuburkan rambut
35. Holitosis
: Menyegarkan nafas
36. Hemostatika
: Menghentikan perdarahan
37. Insektisida
: Membasmi serangga
38. Konstipasi
: Sembelit / susah buang air besar
39. Karminativa
: Mengeluarkan angin dari dalam tubuh manusia
40. Laktagoga
: Memperlancar air susu ibu
41. Laktifuga
: Menghentikan atau mengurangi air susu ibu
42. Litotriptika
: Menghancurkan batu pada kandung kemih
43. Laxantia,
laksativa, purgativa : Melancarkan buang air besar / pencahar
44. Skorbut
: Sariawan, gusi berdarah karena kekurangan vitamin C
45. Vasodilatansia
: Memperlebar pembuluh darah
46. Nephrolithiasis
: Penyakit kencing batu
47. Urolithiasis
: Adanya batu dalam saluran air kemih
48. Parkinson
: Penyakit dengan ciri adanya tremor (gemetar), tangan serta kaki bergemetaran pada waktu diam
49. Parkinsonisme : Penyakit yang mirip parkinson
49. Parkinsonisme : Penyakit yang mirip parkinson
50. Parasimpatolitika
: Pelawan efek perangsang saraf parasimpatik
51. Pertusis
: Batuk rejan / batuk seratus hari
52. Roboransia
/ tonikum : Obat kuat
53. Skabicida
: Obat kudis
54. Sedativa
: Obat penenang
55. Hipotiroidisme
: Kekurangan aktivitas dari kelenjar gondok
56. Trikhomoniasis
: Penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur yang hidup diatas kulit
(dermatofyt), jamurnya adalah Trichofyton
PENGERTIAN CORTEX
adalah kulit batang, merupakan bagian kulit yang digunakan sebagai ramuan obat.
Simplisia kulit batang umumnya diambil dari bagian kulit terluar tanaman
tingkat tinggi yang berkayu. Bagian yang sering digunakan sebagai bahan ramuan
meliputi kulit batang, cabang atau kulit akar sampai ke lapisan epidermis.
KEGUNAAN CORTEX
- Antipiretika
- Antimalaria
- Stomakika
- Antidiabetika
- Antelmintika
- Bahan pewangi
- Karminativa,
- Antidemam
- Diaforetika
- Anti iritansia
- Bahan pewangi
- Bumbu masak
- Amara.
- Menghangatkan lambung
- Dicampur dengan adstringensia lainnya untuk obat mencret
- Pengelat (adstringensia)
- Pengelat usus (astringensia)
- Obat cacing
- Spasmolitika
- Antisariawan
GAMBAR CORTEX
ALSTONIAE CORTEX
ALYXIAE CORTEX
BURMANI CORTEX
CICHONAE CORTEX
CINNAMOMI CORTEX
GRANATI CORTEX
LITSEAE CORTEX
PARAMERIAE CORTEX
SYMPLOCI CORTEX
SYZYGII JAMBOLANI CORTEX
SISTEMATIKA TANAMAN CORTEX
ALSTONIAE CORTEX (MMI)
Nama lain : Kulit Pule
Nama tanaman asal : Alstonia scholaris (L) R.Br
Keluarga : Apocynaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida- alkaloida ditamina, ekitamina, ekhitenina, akhitamidina,
alstonina
alstonina
Penggunaan : Antipiretika, antimalaria, stomakika, antidiabetika, antelmintika
Pemerian : Tidak berbau, rasa pahit, yang tidak mudah hilang
Bagian yang digunakan : Kulit batang dan kulit cabang
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
ALYXIAE CORTEX (MMI)
Nama lain : Pulasari
Nama tanam asal : Alyxia reinwardtii (BL), juga disebut Alyxia stellata (Roomset Schult)
Keluarga : Apocynaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida zat pahit, kumarin, zat penyamak, minyak atsiri, asam organik
Penggunaan : Bahan pewangi, (campuran boreh), karminativa, antidemam
Pemerian : Bau dan rasa mirip kumarin, agak pahit
Bagian yang digunakan : Kulit batang dan kulit cabang
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
BURMANI CORTEX ( MMI)
Nama lain : Kulit manis jangan, Kulit kayu manis padang, Keningar
Nama tanaman asal : Cinnamomum Burmani (Blume)
Keluarga : Lauraceae
Zat berkhasiat utama / isi : Minyak atsiri yang mengandung sinamil aldehid, sinamil asetat, borneol, simen. Zat penyamak, damar, bornil aseta
Penggunaan : Diaforetika, karminativa, anti iritansia, bahan pewangi, bumbu masak
Pemerian : Bau khas, rasa manis
Bagian yang digunakan : Kulit batang
Perbedaan : Kayu manis pucuk merah mempunyai kualitas lebih baik, tetapi
produksinya lebih rendah dari pada yang berpucuk hijau.
produksinya lebih rendah dari pada yang berpucuk hijau.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
CINCHONAE CORTEX (FI)
Nama lain : Kulit kina, Peruvian bark, Jesuit bark
Nama tanaman asal : Cinchona succirubra
Keluarga : Rubiaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida kinina, sinkonina, sinkodina, kina tanat, kinidin, asam tanat,
asam kina, damar, malam
asam kina, damar, malam
Persyaratan kadar : Kadar kinin tidak kurang dari 8,0 %
Penggunaan : Antipiretika, antimalaria, amara.
Pemerian : Bau khas terutama dari kulit dahan, pada penyimpanan lama bau
menghilang, rasa pahit dan kelat.
menghilang, rasa pahit dan kelat.
Bagian yang digunakan : Kulit batang , kulit dahan, kulit akar
Sediaan : Cinchonae extractum
Perbedaan : Cinchona succirubra berisi 9 % alkaloida.
Cinchona ledgeriana berisi 6 – 10 % alkaloida.
Cinchona calisaya berisi 6 – 8 % alkaloida
Untuk memperoleh banyak kulit ditanam Cinchona succirubra
Untuk mendapat banyak alkaloida ditanam Cinchona ledgeriana
Untuk cepat-cepat mendapat banyak alkaloida ditanam Cinchona ledgeriana diatas Cinchona succirubra secara okulasi.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
CINNAMOMI CORTEX (FI)
Nama lain : Kulit Kayumanis, Ceylon Cinnamon
Nama tanaman asal : Cinnamomum zeylanicum (BI)
Keluarga : Lauraceae
Zat berkhasiat utama / isi : Minyak atsiri yang mengandung egenol sinamilaldehida, zat penyamak,
pati, lendir
Penggunaan : Karminativa, menghangatkan lambung, dicampur dengan adstringensia
lainnya untuk obat mencret
Pemerian : Bau aromatik, rasa pedas dan manis.
Bagian yang digunakan : Kulit bagian dalam yang diperoleh dari anak batang yang telah
dipangkas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
GRANATI CORTEX (MMI)
Nama lain : Kulit batang delima
Nama tanaman asal : Punica granatum (L)
Keluarga : Punicaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida, gula, tanin
Penggunaan : Pengelat (astringensia)
Pemerian : Bau lemah, rasa agak kelat
Bagian yang digunakan : Kulit batang
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
GRANATI PERCARPIUM/GRANATI FRUCTUS CORTEX (MMI
Nama lain : Kulit buah delima, Granati Fructus cortex
Nama tanaman asal : Punica granatum (L)
Keluarga : Punicaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Tanin sampai lebih kurang 20 % alkaloida yang terdiri dari peletrina,
metil-peletrina, psudopeletrina, metil isopeletrina, isopeletrina
Penggunaan : Pengelat usus (astringensia), obat cacing
Pemerian : Tidak berbau, rasa sangat sepat, lama-lama menimbulkan rasa tebal
di lidah.
Bagian yang digunakan : Kulit buah yang masak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
LITSEAE CORTEX (MMI)
Nama lain : Kulit krangean, Krangean
Nama tanaman asal : Litsea cubeba (Lour) Pers
Keluarga : Lauraceae
Zat berkhasiat utama / isi : Minyak atsiri mengandung sitral, limonen, sapinen, metilheptanon,
sitronelal. Tanin galat, allagat.
Penggunaan : Karminativa, spasmolitika, stomakika
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa agak pedas, dan agak pahit.
Bagian yang digunakan : Kulit batang
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
PARAMERIAE CORTEX (MMI
Nama lain : Kulit Kayu rapat, Pegatsih
Nama tanaman asal : Parameria laevigata (Juss) Moldenke, Parameria barbata
Keluarga : Apocynaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Tanin
Penggunaan : Pengelat (astringensia)
Pemerian : Bau lemah, rasa agak kelat dan agak pahit
Bagian yang digunakan : Kulit batang dan kulit cabang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
SYMPLOCI CORTEX (MMI)
Nama lain : Kulit sariawan
Nama tanaman asal : Symplocos odoratissima (BL, choisy)
Keluarga : Symplocaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Glucosida, symplokosin, metil salisilat, aluminium sulfat
Penggunaan : Antisariawan
Pemerian : Bau agak wangi, tidak berasa
Bagian yang digunakan : Kulit dahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
SYZYGII JAMBOLANI CORTEX (MMI)
Nama lain : Kulit jamblang
Nama tanaman asal : Syzygium jambolanum (L) Skeels yang disebut pula Eugenia cumini
Keluarga : Myrtaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Zat penyamak, asam galat, jambulol, jambolisin.
Penggunaan : Astringensia, obat kencing manis
Pemerian : Bau lemah, rasa pahit dan kelat
Bagian yang digunakan : Kulit dahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
CARA PANEN
BURMANI CORTEX
Waktu panen : Panen pada umur 8 tahun, semakin tua umur tanaman, kulit relatif lebih tebal dan volume kulit pohon bertambah pula, sehingga kualitas dan kuantitas produksi akan lebih baik.
Cara panen : Pohon ditebang sekaligus, tunggul tebangan diter bagian atasnya.
Cara ditumbuk, yakni 2 bulan sebelum ditebang 5 cm dari leher akar, seluruh kulit batang dikupas setinggi 80 – 100 cm. Setelah 2 bulan baru ditebang maksudnya agar pengulitan mudah dilakukan dan diharapkan tumbuh tunas baru yang lebih sempurna pada permukaan tanah. Pohon dipukul-pukul dengan benda tajam 2 bulan sebelum ditebang, dengan maksud untuk mendapat kulit yang tebal pada waktu pemotongan, sebab pada bekas – bekas pukulan akan menghasilkan pembengkakan kulit. Sistem Vietnam (sistem panen tanpa tebang), yaitu memotong sebagian kulit batang secara berselang- seling dengan ukuran panjang 30 cm, lebar 10 cm. Setelah kulit batang bertaut kembali sehabis panen pertama, lalu dilakukan panen kedua dan seterusnya.
Jenis – jenis : Dalam perdagangan dikenal sebagai Cassia vera.
Ada 2 varietas : Berdaun muda, berwarna merah pekat, banyak ditanam di Sumatera Barat dan Kerinci Berdaun hijau ungu.
CINCHONAE CORTEX
Cara panen : Dicabut (cara Indonesia) pohon-pohon yang jaraknya 60 cm – 100 cm satu sama lain, dicabut seluruhnya dan diambil kulit batang dan kulit akarnya, setelah 6-7 tahun, pada daerah tadi dilakukan pencabutan lagi.
Dipangkas : Pohon-pohon yang berumur 7 tahun dipangkas batangnya beberapa cm di atas tanah, dari pangkal batang nanti tumbuh sejumlah cabang baru yang nanti juga dipungut.
Dikikis : Kulit batang dikikis tanpa mengenai kulit kayunya. Menurut penelitian ternyata kulit kina yang banyak terkena sinar matahari alkaloidnya lebih rendah dari kulit kina yang ditempat teduh. Jika kulit kina tersebut ditutupi dengan lumut, maka kadar alkaloidnya akan naik luar biasa. Setelah kulit kina ini di panen, bekasnya ditutupi lumut kembali, maka timbul kulit kulit kina baru yang juga tinggi kadar alkaloidnya.Pengambilan kulit dilakukan sedikit demi sedikit sampai seluruh kulit lama terambil.
CINNAMOMI CORTEX
Cara panen : Tanaman yang berumur 2-3 tahun dipotong beberapa cm diatas tanah.Tunas-tunas baru dipilih 5-6 buah dan dibiarkan untuk dipotong lagi setelah mencapai tinggi 2-3 meter.Panen dilakukan pada musim hujan, batang-batang dikulit arah memanjang menjadi 2 bagian atau lebih. Diberkas dan didiamkan beberapa lama supaya terjadi fermetasi yang nanti mempermudah pengikisan epidermis dan jaringan hijau dibawah epidermis.
Langganan:
Postingan (Atom)